08
Oct
08

Emil Salim VS Aburizal Bakrie?

Masyarakat terhenyak, ketika muncul semburan lumpur Lapindo yang menghancurkan ekosistem di kawasan Porong. Padahal jika kita menoleh ke belakang kita tidak perlu terhenyak atau kaget dengan penghancuran lingkungan besar-besaran itu. Pasalnya, pada tahun 2002, mantan ‘Big Boss’ group Bakrie, perusahaan induk Lapindo, yang sekarang menjadi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) pernah melontarkan pemikiaran yang membahayakan bagi keberlanjutan lingkungan hidup.

Tokoh lingkungan Hidup Emil Salim pun mengkritik pemikiran Aburizal Bakrie tersebut. Andaikata Ical, panggilan akrab Aburizal Bakrie, menuruti kata-kata Emil Salim mungkin tidak akan terjadi malapetaka lumpur panas Lapindo..

Berikut kutipan kritik Emil Salim terhadap pendapat Aburizal Bakrie.

________________

Ekonomi dalam Lingkungan

Oleh Emil Salim

DALAM pertemuan baru-baru ini dengan Pengurus Kadin tentang hasil keputusan “Pertemuan Kepala Pemerintahan tentang Pembangunan Berkelanjutan” di Johannesburg, Afrika Selatan, Juni 2002, Ketua Umum Kadin Indonesia Aburizal Bakrie, mengusulkan agar di masa krisis ekonomi sekarang ini diutamakan pembangunan ekonomi lebih dulu tanpa penanganan masalah lingkungan hidup.

Alasannya jelas, menanggapi masalah lingkungan makan ongkos. Dalam keadaan sekarang ini sekadar mempertahankan hidup perusahaan saja sudah menguras segala dana, daya, dan tenaga perusahaan. Apalagi jika ditambah untuk biaya lingkungan. Lagipula bukankah negara industri tadinya membangun ekonomi juga tanpa pertimbangan lingkungan, dan baru kemudian menggarapnya setelah industri sudah maju?

Maka yang ingin diusulkan Ketua Umum Kadin Indonesia adalah pendekatan pola “ekonomi dulu, lingkungan kemudian.”

Sementara ini, rekan-rekan di lembaga swadaya masyarakat cemas menyaksikan kemerosotan lingkungan. Pembangunan yang dilaksanakan di kebanyakan negara berkembang sudah membahayakan daya dukung alam guna menopang kehidupan manusia. Di Indonesia saja, luas areal hutan sudah amat menciut. Dikhawatirkan lima tahun lagi hutan dataran rendah Pulau Sumatera akan gundul, dan sepuluh tahun lagi nasib sama berlaku untuk Pulau Kalimantan.

Kondisi sungai-sungai Pulau Jawa sudah tercemar berat. Lautan di Indonesia bagian barat sudah terkuras ikannya melebihi kemampuan perkembang-biakannya, sehingga jumlah stok ikan di laut menciut. Pencemaran udara, terutama di kota-kota, sudah amat memprihatinkan dan berdampak luas pada naiknya korban akibat infeksi saluran pernapasan. Dan kerusakan lingkungan Indonesia berdampak global. Tahun 1997 kebakaran hutan Indonesia dan pembakaran tanah gambut telah melepaskan ke atmosfir 2,6 milyar ton karbon, sehingga menaikkan laju pertambahan CO2 dengan dua kali di angkasa bumi. Kebakaran hutan ini seakan tak terkendali lagi, dan berlaku setiap tahun hingga kini. Juga mencemaskan adalah penyedotan air tanah melebihi kemampuan alam untuk mengisinya kembali sehingga volume air dalam tanah kian berkurang.

Dalam keadaan seperti ini bisa dipahami bila lembaga swadaya masyarakat di lingkungan gelisah-resah, mengepalkan tinju dan berseru: “selamatkan lingkungan dulu, baru ekonomi!”

Sumber :Kompas Selasa, 26 November 2002

atau dapat juga dilihat di http://www.polarhome.com/pipermail/nasional-m/2002-November/000485.html


5 Responses to “Emil Salim VS Aburizal Bakrie?”


  1. 1 Imam Soeseno
    October 8, 2008 at 4:02 am

    Buat apa segala kemajuan ekonomi itu, kalau toh semuanya tenggelam karena kecerobohan kita… Justru terjaganya lingkungan membuat kita hidup nyaman tenteram.

    Merdeka!!!

  2. 2 rezamoh
    October 8, 2008 at 10:16 am

    Emang Abu rizal bakri tak pernah memandang bahwa lingkungan itu lebih utama atau baik dibandingkan mencapai perekonomian yang cukup baik.
    Tapi maka seharusnya LSM Lingkungan mempertanyakan kepada ARB apakah dia mau hidup dengan penyakit karena lingkungan. Atau apakah ARB mau tidur bareng 2 hari saja di penampungan korban Lapindo. Pasti ARB tak mau, karena biasa tidur di kamar yang ber AC dan selalu pergi jalan-jalan naik mobil yang ber AC pula.

  3. 3 Harley Saimima
    October 9, 2008 at 8:05 am

    Aburizal Bakrie = Manusia yang tidak punya hati nurani…
    Abu (bahasa daerah)= Debu….
    Dia lebih senang hidup lingkungan yang ber-Debu… dibanding lingkungan yang hijau… sehingga dia senang melihat kasus Lapindo tidak berhenti…
    Bila suatu saat ArB dipanggil pulang oleh Sang Pencipta, lebih baik mayatnya di kubur di area Lapindo… biar jiwanya tenang di sana…

  4. 4 Nur'aini
    October 13, 2008 at 5:01 am

    ArB ingin supaya dunia atau terutama masyarakat Indonesia mengesampingkan/melupakan masalah Lapindo dengan menunggang krisis Ekonomi global ini.
    Huh, kejam sekali.

  5. 5 Berani
    October 21, 2008 at 4:15 am

    aburizal sama dengan abudjahal modern


Leave a comment